Kata Bawaslu, Sebaiknya Mahasiswa Ngak Perlu Netral

TransJabar.com, PURWAKARTA – Ketua Bawaslu nyatakan mahasiswa tidak perlu netral. Hal ini, dia sampaikan saat mengisi diskusi yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwakarta di Aula Disporaparbud, Jumat (28/9/2018).

“Untuk persoalan netralitas tidak bisa ada yang netral, Pemilu berbicara hak politik,” ujar Ujang Abdidin.

Dia juga menjelaskan, untuk persoalan politik yang mesti netral ialah ASN dan TNI-Polri. “sekalipun ASN pada akhirnya punya hak pilih, namun tak boleh diumbar. Mahasiswa juga tidak bisa netral karena Mahasiswa dan perpolitikan indonesia tidak dapat dipisahkan,”katanya

Hal tersebut,disampaikan, peran mahasiswa harus mampu memahami esensi dan tata cara pemilu, dari mulai tahapan, penyelenggara pemilu, waktu pemilihan, serta apa saja yang tidak boleh dilakukan baik oleh pemilih maupun oleh yang dipilih.

“Mahasiswa harus menguatkan diri untuk menjadi pemilih yang baik dan bertanggung jawab,”ucap dia

Lebih lanjut dia mengatakan, terkait untuk mencermati calon legislatif ke kampus hal tersebut diperbolehkan juga.

“Kalau mengundang calon legislatif ke kampus, tidak jadi persoalam asal ada ruang diskusi. untuk mengenali calon,” kata dia.

Sehingga, Peran mahasiswa punya kapasitas untuk diskusi dan pencermatan, bicara untuk masa depan purwakarta,” ujar dia.

Menurutnya, Ketua Umum HMI Cabang Purwakarta Didin Wahidin mengatakan, diskusi tersebut diperuntukan untuk menjaga Independensi mahasiswa dari politik praktis. menepis isu mahasiswa ditunggangi politik praktis. “Kita harus kawal demokrasi, dan pemuda serta mahasiswatidak terjebak pada politisasi,” jelas dia.

Sambung, Ahmad Arif Immamul Bidang Kepemudaan (Disporaparbud) mengatakan bahwa dalam politik selamanya tahun politik, bukan hanya tahun ini dan tahun depan serta bersyukur dengan adanya kegiatan diskusi tersebut.

“Bersyukur untuk menambah wawasan, dan membangun komunikasi antar organisasi pemuda untuk membangun kolaborasi pemuda,”ucap dia.

Kedua, lanjut dia, kaitannya dengan bonus demografi, akan kelebihan anak-anak muda. Peran pemuda akan sangat berat disana.

“Dampaknya, generasi muda di tahun 30an, akan menanggung banyak beban. Kita hanya mempersiapkan diri, untuk bisa menanggulangi hal tersebut. Birokrasi hanya motor penggerak. Kuasai teknologi, dan bahasa inggris untuk bisa bersaing,”katanya.(Rosyad).