transjabar_ PURWAKARTA – Hingga saat ini persoalan yang mendera Chandra Eno Puspa dan kawan – kawan belum ada titik temu, sejak persoalannya mencuat pada bulan Juli 2018 dan penanganannya oleh Polda Jabar, pihak keluarga masih terus menanti kabar tentang nasib yang dirasakan oleh Chandra Eno Puspa , dan teman bernama Dewi Fitriani beralamat Kp. Cihideung Kel Cisereuh, Purwakarta.
Selain itu, juga nasib Mutiara Ramdiani alamat Kp Pasranggahan Desa Cilengong Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Vina Nurma alamat Ciselang, Desa Ganda Mekar Kecamatan Plered, Purwakarta. Para perempuan muda tersebut diduga menjadi korban trafficking.
Nenek Chandra Eno Puspa, Amih Odah ketika ditemui transjabar.com dikediamanya Kp Karajan Desa Parakanlima Kecamatan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat sambal terisak terus mencair tahu nasib yang diderita cucu kesayanganya.
Menurut Amih Odah, dirinya sudah kehilangan kontak dengan cucunya tersebut, sempat komunikasi sebelum hari raya Idul Fitri tahun ini, kalau cucunya tersebut kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari pihak majikan.
Bahkan, kata dia, sempat ditolong dan dibawa kerumah sakit di Beijing, Cina karena sekarat akibat siksaan yang terus menderanya. Bahkan, kata cucunya tersebut, Amih Odah menceritakan kalau karena sering disiksa bekas jahitan dibagian perutnya mengalami robek dan pendarahan.
“Saya sedih, mungkin karena ekonomi cucu saya jadi seperti ini. Iming – iming uang sebesar Rp. 10 juta inilah awal dari malapetaka, “ ujar Amih Odah, Sabtu ( 15/9/2018).
Sementara Ela, yang masih kerabat dekat mengaku kecewa dan menyayangkan dengan sikap KBRI yang ada di Beijing, Cina. Pasalnya, kata dia, sejak persoalan penganiayaan dilaporkan ke pihak kepolisian. Pihak KBRI tidak sepenuhnya memberikan dukungan kepada Chandra Eno Puspa dan kawan kawannya.
Dengan alasan laporan sepihak, pihak KBRI di Beijing bukannya memberikan solusi dan dijamin keselamatan ponakanya, malah mengembalikan kepada pihak majikan yang diduga sudah kerap melakukan penyiksaan.
“Saya pikir ponakan saya dan teman temannya diamankan di KBRI Beijing, ini malah dibiarkan dan dikembalikan ke tempat semula dimana tempatnya bekerja, “ ungkapnya kesal.
Akibat hal itu, sebagai pihak keluarga dirinya mencarikan suaka bagi ponakanya tersebut, dan informasi ini juga sudah disampaikan ke Kemenlu, tapi belum juga ada solusi dan titik temu. Yang lebih menyedihkan, setelah pihak KBRI melakukan pemanggilan terhadap para pelaku, semakin memperketat ruang gerak Eno dan teman temanya.
“KBRI hanya menerima laporan sepihak, sedangkan korban yang saat ini tersiksa dan tidak ada kabar beritanya nasibnya ngimana. Cina ngak mau rugi, karena katanya ke cukong sudah membayar 400 juta untuk satu orang, “ ujar dia. (ctr).