TRANSJABAR.COM, BANDUNG – Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan pihak oposisi sudah menyediakan hiburan gratis untuk rakyat. Hal ini berimplikasi pada hematnya biaya untuk varian konten kampanye berjenis hiburan.
Hal itu disampaikan Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu di Kantor DPD Golkar Jawa Barat. Tepatnya, di Jalan Maskumambang No 02, Kota Bandung, Rabu (10/10/2018).
“Iya, kita tidak perlu menyediakan hiburan untuk masyarakat karena sudah disediakan para politisi. Apalagi, pihak oposisi dengan berbagai gimmick, selalu ramai itu di sosial media,” katanya.
Pernyataan Dedi tersebut dalam rangka merespon celoteh Ketua BPD Prabowo-Sandi Abdul Haris Bobihoe. Menurut dia, pola kampanye Dedi yang selalu menggelar panggung hiburan rakyat sudah tidak sesuai dengan zaman.
Dedi berujar panggung hiburan yang sejak 15 Tahun lalu dia rintis merupakan media relaksasi rakyat. Ikhtiar ini sekaligus menjadi kritik terhadap pola beberapa kalangan yang mengedepankan kebiasaan saling sindir.
Kebiasaan itu menurut dia, diamplifikasi secara sadar melalui media mainstream dan media sosial.
“Sebenarnya tidak ada istilah musim atau tidak musim. Mungkin begini ya, karena mereka itu sudah merasa menguasai medsos sehingga beranggapan tidak butuh pola komunikasi langsung. Padahal, rakyat itu membutuhkan kebahagiaan dengan sentuhan langsung,” ujarnya.
Pola Joko Widodo
Menurut Dedi, pola yang dia jalankan sudah sesuai dengan karakter dan pola Joko Widodo. Sebagai seorang pemimpin, presiden pejawat itu tidak pernah terpaku pada aturan yang bersifat formal. Sebaliknya, kisah sukses Jokowi selalu tercipta dari pola yang bersifat non formal.
Misalnya, saat menjabat sebagai Wali Kota Solo, Jokowi memindahkan para pedagang pasar dengan cara berkali-kali menggelar acara makan siang. Tak lama setelah itu, para pedagang yang awalnya menolak pindah seketika menerima kebijakan Jokowi.
“Saya sendiri memulai itu Tahun 2003 dan itu menjadi kenangan yang tertancap dalam benak rakyat. Peristiwanya dikenang oleh mereka seumur hidup,” katanya.
Mantan Bupati Purwakarta itu berkelakar bahwa celetukan spontan rakyat jauh lebih menyenangkan dibandingkan sikap saling sindir politisi. Celetukan tersebut menurut dia, dapat dijadikan visi bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kebijakan.
“Jelas lebih bahagia mendengar celetukan rakyat daripada gimmick politisi oposisi,” ujarnya berseloroh. (ctr).