transjabar_ BANDUNG – Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan usulan kepada partai koalisi pendukung Joko Widodo. Menurut dia, kader yang berasal dari partai dengan perolehan suara dua digit berhak atas posisi cawapres.
Hal tersebut disampaikan saat menjawab pertanyaan para jurnalis. Tepatnya di Hotel Mansion Pine, Padalang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (23/7/2018).
“Pak Jokowi sendiri nanti yang berhak memutuskan. Tetapi, berdasarkan amatan saya, beliau harus didampingi kader dari partai yang perolehan suaranya dua digit. Lihat saja, dari partai pengusung Pak Jokowi, partai mana yang memiliki suara dua digit,” jelasnya.
Berdasarkan data perolehan suara partai pengusung Jokowi pada Pemilu 2014, PDIP meraih 18,98% suara. Disusul Partai Golkar dengan perolehan suara 14,75%. Partai pengusung Jokowi yang lain diketahui masih berada di kisaran satu digit suara.
Usulan strategis pria yang lekat dengan iket Sunda itu bukan tanpa dasar. Dia menilai, kekuatan mesin partai akan sangat berpengaruh dalam upaya pemenangan kandidat.
“Partai dengan elektabilitas dua digit memiliki sebaran luas kader yang siap bekerja. Upaya pemenangan kandidat akan lebih massif. Sehingga, Pilpres 2019 menjadi ajang kompetisi mesin partai,” katanya.
Kekuatan Sosok
Selain pertimbangan mesin partai, profil dari sosok pendamping Jokowi menurut Dedi akan menjadi penentu. Intuisi politiknya memunculkan kesimpulan bahwa sosok tersebut harus muda, teknokrat, entrepreneur dan memiliki pasar politik.
“Tentu juga harus mengerti keragaman Indonesia. Analisis dan solusi masalah di Indonesia juga harus dikuasi sosok itu,” singkatnya tanpa menyebut nama sosok.
Kemungkinan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menjadi cawapres pun turut menjadi sorotannya. Menurut dia, keputusan akhir sudah ada di tangan Presiden Joko Widodo.
“Pak Airlangga sangat patuh dan menunggu instruksi. Intinya, partai dua digit lebih representatif untuk posisi Calon Wakil Presiden,” ucapnya. (Ctr).